This is an opportunity to tribute Winda
and Geugeut as teachers who touched our hearts is now lost, as they have both
passed away, but we have thought of them often and each deserved to be called
patriots. We
recognize the great sacrifices that they have made for the nation. Hopefully
this writing will immortalize them and give them the recognition, honor and
respect they deserve.
Winda dan
Geugeut adalah rekan seperjuangan kami di Program Sarjana Mendidik di daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) 2012 yang meninggal dunia. Mereka ditugaskan
sebagai guru SMPN 2 Simpang Jernih di Desa Melidi, Kecamatan Simpang Jernih,
Kabupaten Aceh Timur.
Pada
Senin petang, 26 November 2012 sebuah boat yang mereka tumpangi tenggelam di
kawasan Batu Katak. Mereka baru saja kembali dari kota Langsa karena ada
pertemuan rutin SM3T yang diikuti hari sebelumnya. Pada saat itu, kondisi arus
sungai memang sedang deras. Langit terlihat cerah namun beberapa hari
sebelumnya kawasan itu terjadi hujan. Karena musibah ini, seluruh jajaran Kementerian
Pendidikan RI merasakan duka yang mendalam.
"Mereka adalah pahlawan yang
gugur dalam menjalankan tugas suci untuk pendidikan di Indonesia,"
(Kemendikbud RI)
Winda dan
Geugeut sudah dinobatkan sebagai pahlawan pendidikan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan RI. Kami sebagai rekan seperjuangan mereka merasa sangat bangga.
Mereka adalah guru yang memiliki sikap patriotisme yang tinggi. Sesuai dengan salah satu tujuan program SM3T yang
telah dirumuskan Kementrian yaitu membentuk guru yang bersikap profesional,
cinta tanah air, bela negara, peduli, empati, terampil memecahkan masalah
pendidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.
Sebelum berangkat,
Winda dan rekan-rekannya sempat berfoto untuk mengabadikan momen tersebut.
Dalam foto mereka terlihat ceria. Ketika boat yang mereka tumpangi sudah jalan,
salah seorang dari mereka juga sempat mengambil foto. Dalam foto terlihat air
sungai yang kecokelatan dan di depan mereka terdapat hutan. Berikut foto-fotonya.
I
thought she looked like President Lincoln, who always seemed to us to have a
very kind face. I wonder if she ever knew how much of an impact she had. God bless
you Winda…
Tidak seperti di kota-kota besar seperti Jakarta
yang memiliki banyak jalan tol, jalan layang atau yang baru-baru ini akan
dibangun monorel, di Kabupaten Aceh Timur, satu-satunya akses yang paling bagus
untuk sampai ke Simpang Jernih adalah menempuh jalur sungai yang dibutuhkan
waktu sekitar enam jam.
“Mari kita maju bersama mencerdaskan Indonesia menjadi sarjana mendidik bangsa. Menujulah yang terdepan, gapai mereka yang terluar, jangkaulah mimpi-mimpi yang tertinggal demi terwujudnya generasi emas Indonesia”
Winda Yulia berasal
dari Ciamis, Jawa Barat. Ia lahir pada 27 Juli 1990 silam. Winda merupakan
alumni UPI Jurusan Pendidikan Matematika. Di kampus Winda tercatat sebagai
mahasiswa yang berprestasi, ia pernah meraih Honorable Mention ON MIPA-PT
bidang Matematika. Ia juga pernah mendapatkan Juara 3 OSN PTI Tingkat Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2011. Guru muda tersebut juga pernah mendapat Juara 3
Olimpiade Sains Teknologi Nasional 2011. Dengan prestasi tersebut, Winda ingin
ilmunya berguna bagi bangsa Indonesia, salah satu cara untuk mewujudkannya
adalah dengan mengikuti program SM3T.
Geugeut
Zaludiosanusa Anafi lahir pada 23 Januari 1988 di Bandung, Jawa Barat. Ia
adalah guru olahraga lulusan kampus UPI. Saya masih ingat sehari sebelum musibah
itu, malamnya semua peserta SM3T tidur dalam satu ruangan yang disediakan
disdik (tentunya laki-laki dan perempuan terpisah). Kebetulan saya tidur
bersebelahan dengan Geugeut, sebelum kami berdua terlelap dia sempat bercerita,
berbagi pengalaman di tempat tugasnya yang hampir dua bulan itu. Ia bercerita
begitu minimnya fasilitas hidup disana. Sulitnya transportasi, sedikitnya air
bersih, dan jauhnya membeli bahan makanan. Sampai-sampai untuk makan saja harus
mencari sayuran yang tersedia alami di hutan dan memancing ikan di sungai. Keadaan
ini sangat jauh berbeda dengan tempat tiinggal asalnya di Bandung yang sudah
memiliki fasilitas umum yang cukup baik. Diapun bercerita pernah sakit selama
tiga hari karena kakinya terinfeksi kotoran babi. Namun keadaan tersebut tidak
membuatnya putus asa, saya menemukan keyakinan dimatanya bahwa ia tetap mau
menjalankan tugas sebagai guru SM3T disana. Setelah mendengarkan pengalaman
Geugeut, semangatnya yang besar inilah yang membuat saya kagum padanya.
Perjalanan menuju Kecamatan Simpang Jernih
“Mari kita maju bersama mencerdaskan Indonesia menjadi sarjana mendidik bangsa. Menujulah yang terdepan, gapai mereka yang terluar, jangkaulah mimpi-mimpi yang tertinggal demi terwujudnya generasi emas Indonesia”
Potongan lagu
Maju Bersama yang dibuat dirjen dikti tersebut selalu ada di benak Winda dan
Geugeut. Sehingga hal inilah yang membuat mereka tetap semangat dalam
menjalankan tugas walaupun dengan keadaan minim fasilitas. Mereka menunjukan
semangat yang luar biasa semata-mata untuk tujuan mewujudkan generasi emas
Indonesia yaitu siswa-siswi yang berada di pedalaman sana.

“Tatap langit biru jangan ragu
melangkah, jangan biarkan rasa takut hati meraja,
Tanam semangat pastikan mental
membaja, tak pernah ada kata terlambat,
Tak akan ada ruang malas yang akan
menghambat, selagi ada mau serta giat,
Saling berbagi berbalut dalam kasih,
buka harapan pasti, rangkul yang tertatih,
Dengan senyuman ulurkan tanganmu,
mereka damba kesempatan yang sama..
Melewati
tantangan, onak duri rintangan dan halangan,
Tak
patahkan semangat, tetap berangkat, walau tanpa jalan pintas, pelan mermbat,
Yang
bisa kita buat, bisa kita lakukan, saat buah tangan kita bersama disatukan,
tumbuhkan kesadaran dan siap untuk lakukan,
Pacu mereka, bekali, dan mampukan,
bukalah hati, pikiran dan perasaan,
Topang mimpi mereka agar tak
terpatahkan, masa depan bangsapun cerah terasa,
Perkuat generasi muda agar gagah
perkasa.
Bukalah
hatimu untuk mereka, tunjukanlah kasihmu, tunjukan harapan,
Karena
hari depan di tangan mereka. Bersama-sama kita bangun masa depan bangsa
Indonesia.”
Potongan lirik lagu berjudul “Bukalah
Hati” yang dibuat Saykoji ini mengingatkan saya bahwa semangat lagu tersebut sama
besarnya dengan semangat Winda dan Geugeut.
We will never forget Winda
and Geugeut. We hope we can meet them in the "afterlife" life. They
were gifted teachers and they taught us about struggle. We found them to be great
teachers and friends. They were really inspiring example to us. They were
always supportive and encouraging. And we remember how they encouraged us
to think for education development. They have since passed away and they were
indeed positive influences on our mind and on our soul.
Winda and
Geugeut, we all love and miss you so much, it is not fair that we had to lose
such wonderful people. Now we are trying really hard to
continue your struggle. We know you are
in a better place. Rest In Peace.
Penulis: A. Burhanudin, S.Pd
Semoga bergelar syahid dan syahidah...
BalasHapus